Selain Prasasti Kranggan, di situs tersebut terdapat pula bekas reruntuhan candi berbata merah, yoni yang lingganya sudah hilang dicuri, dan arca Lembu Nandi yang tersembunyi di bawah akar pohon beringin. Yoni yang disemen berbentuk segi empat, sementara pecahan hiasan candi di atas yoni dan tebaran fragmen batu bata merah besar menjadi tanda pernah berdiri bekas candi Hindu beraliran Sekte Siwa Siddhanta di area ini.
Menurut Mbah Salam (61) selaku Juru Pelihara situs Kemuning, tempat Prasasti Kranggan yang sekarang berdiri di atas gundukan tanah yang mirip dengan makam itu disebut “Petilasan Mbah Suko”. Sementara itu, di sebelah tempat tersebut terdapat pohon yang tidak terlalu besar yang disekat dengan pagar berwarna hijau dan batu bata pendek berukuran 1 x 1 meter disebut “Petilasan Mbah Mintorogo”.
Dari temuan tersebut, ditarik kesimpulan bahwa daerah Desa Kranggan memiliki fakta historis yang kuat sebagai desa kuno yang sudah dihuni oleh manusia pada masa sebelum Kerajaan Singhasari. Keberadaan situs dan bangunan suci bersama prasastinya di situs Kemuning, menunjukkan bahwa Desa Kranggan merupakan salah satu desa spesial sebagai daerah kekuasaan kerajaan tersebut. Pasalnya, tak mungkin pemerintah kerajaan mendirikan bangunan suci tanpa alasan yang jelas.
0 komentar:
Posting Komentar
Isikan.... bebas berpendapat sesuai pengetahuan anda dan bisa dipertanggung jawabkan ....