Di dukuh Kedung Monggo, sebuah desa yang terletak di kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, terdapat sebuah warisan budaya yang kaya akan sejarah dan keindahan, yaitu kesenian topeng Malangan. Awalnya, kesenian ini bermula dari gagasan seorang tokoh penting dalam komunitas, Mbah Serun, yang memprakarsai pertunjukan wayang topeng di daerah tersebut.
Mbah Serun adalah sosok yang berperan penting dalam memulai keberlangsungan kesenian topeng Malangan di Kedung Monggo. Setelahnya, inisiatif tersebut dilanjutkan oleh putra Mbah Serun, Mbah Kiman, dan bahkan cucunya, Mbah Karimun, yang mulai mengembangkan seni pembuatan topeng Malangan sekitar tahun 1930.
Tradisi pembuatan topeng dan seni tari yang disertai dengan topeng Malangan terus berkembang di tangan keluarga Mbah Karimun. Bapak Taslan, anak dari Mbah Karimun, menjadi penerus yang gigih dalam meneruskan pembuatan topeng dan mengajarkan seni tari kepada generasi selanjutnya, hingga mencapai tahun 1992.
Namun, warisan ini tidak berhenti di situ. Bapak Handoyo, cucu dari Mbah Karimun, memutuskan untuk meneruskan tradisi keluarga dalam seni topeng Malangan. Pada sekitar tahun 1995, ia memulai perjalanan seninya dan dengan penuh semangat, ia menjaga dan mengembangkan keberlangsungan kesenian topeng Malangan hingga saat ini.
Melalui dedikasi dan kerja keras dari para leluhur dan keturunan mereka, kesenian topeng Malangan di dukuh Kedung Monggo tetap hidup dan berkembang pesat. Setiap topeng yang mereka buat dan setiap gerakan tarian yang mereka lakukan membawa cerita panjang tentang perjalanan dan warisan budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Malang Selatan.
0 komentar:
Posting Komentar
Isikan.... bebas berpendapat sesuai pengetahuan anda dan bisa dipertanggung jawabkan ....