Prasasti ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan belakang arca. Untuk tulisan yang tertera pada bagian depan arca, letaknya tepat berada di atas Manjusri. Ada tiga baris tulisan disana. Sedangkan di bagian belakang arca, terdapat tujuh baris tulisan.
Pada arca, Manjusri digambarkan sebagai seorang pemuda yang duduk bersila diatas teratai. Tangan kanannya memegang pedang yang diarahkan di belakang kepalanya. Pedang yang dibawanya memiliki makna untuk melawan kegelapan dan kepalsuan. Sedangkan tangan kiri membawa buku yang berisi ajaran tentang sepuluh laku utama atau paramita. Selain itu, juga ada kalung di lehernya dan empat arca kecil di sekitarnya yang merupakan replika dirinya sendiri.
Telah ada beberapa ahli yang telah menranskripsikan candi berangka tahun 1265 Saka yang tak lain jika dikonversi menjadi Masehi berarti sekitar 25 Januari 1343-14 Maret 1344 ini ke dalam bahasa Indonesia. Salah satunya oleh H. Kern yang dimuat dalam Tjandi Singasari (109) milik J.L.A. Brandes.
Tafsiran dari para ahli menyatakan bahwa Manjusri adalah Adityawarman. Saat itu, ia menjabat sebagai wreddha mantri dalam pemerintahan Tribhuwanatunggadewi. Jika ditelusur garis keturunannya melalui prasasti Kubur Rajo dan piagam Jawa Kuno Amoghapasa tahun 1286 M, diketahui masih ada hubungan keluarga yang dekat dengan Rajapatni. Juga alasan antara Adityawarman dan Rajapatni yang sama-sama beragama Budha.
0 komentar:
Posting Komentar
Isikan.... bebas berpendapat sesuai pengetahuan anda dan bisa dipertanggung jawabkan ....