Sebenarnya, Kanjuruhan adalah nama suatu kerajaan di lembah Kali Metro pada sub-area barat Kota Malang. Adapun Gajayana merupakan salah satu diantara tiga raja yang memerintah di kerajaan ini sebagaimana diberitakan oleh prasasti bertarikh 760 Masehi. Penanggalan dalam prasasti ini dijadikan petanda waktu Hari Jadi Kabupaten Malang.
Konon, prasasti yang kini lazim disebut “Prasasti Kanjuruhan” tersebut acap dinamai “Prasasti Dinoyo”, atau lebih spesifik lagi “Dinoyo I”. Dinamai demikian karena salah satu pecahan dari prasasti ini, yakni pecahan yang terbesar, ditemukan di Dinoyo. Berikut ditemukan dua pecahan lainnya yang lebih kecil di Desa Merjosari dan di dusun kuno “Kejuron” Desa Karangbesuki. Menilik kesamaan toponiminya, ada kemungkinan lokasi awalnya di Dusun Kejuron. Bahkan, bukan tidak mungkin ibukota kerajaan (kadatwan) Kanjuruhan berada di dusun ini. Sayang semenjak awal tahun 1980-an Dusun Kejuron digusur paksa lantas dijadikan areal perumahan oleh PT. Sarana Tidar Indah. Ironisnya, stuktur bangunan bata, Yoni beserta sejumlah artefaknya lumat abadi lantaran sengaja dibolduser.
Ada hal menarik terkait nama stadion di Kota dan Kabupaten Malang, yaitu Stadion Kanjuruhan di Kepanjen dan Stadion Gajayana di Kota Malang. Nama “Kanjuruhan” juga digunakan untuk menamai perguruan tinggi (universitas), dan nama “Gajayana” unit Kereta Api (KA) jurusan Malang-Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar
Isikan.... bebas berpendapat sesuai pengetahuan anda dan bisa dipertanggung jawabkan ....